Sejarah Bangsa Indonesia Dari Era Kerajaan Sampai Era Republik di Museum Sejarah Nasional Part I
Museum Sejarah Nasional di bagian cawan Tugu Monas (Monumen Nasional). Ruang museum Sejarah Nasional terletak tiga meter di bawah permukaan halaman
tugu. Ruang tersebut berukuran 80 meter x 80 meter. Batu marmer melapisi
dinding dan lantai museum. Di dalam museum terdapat 51 jendela peragaan (diorama) yang
mengabadikan sejarah sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa
Indonesia (masa kerajaan), masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa
Indonesia, hingga masa pembangunan di zaman Orde Baru. Berikut dioramanya:
Bandar Sriwijaya (Palembang), abad ke-7. Terletak pada jalur
pelayaran antara Indonesia, Cina dan India, berperan penting dalam kegiatan
perdagangan sehingga menguntungkan bagi kerajaan Sriwijaya. Kapal-kapal asing
banyak berlabuh dan pendeta-pendeta Budha dari Cina sering singgah dan menetap
untuk waktu yang lama mempelajari agama Budha. Bandar Sriwijaya akhirnya
berkembang menjadi pusat niaga dan budaya.
Candi Borobudur, 824 Masehi . Dibangun oleh raja
Samaratungga dari wangsa Sailendra dengan bantuan para penganut agama Budha
secara gotong royong. Keseluruhan bangunan berbentuk stupa raksasa dan
mencerminkan alam semesta. Dalam pembangunannya, hampir ratus ribu kaki kubik
batu dipergunakan . Sejumlah 504 arca Budha dan 1555 stupa besar dan kecil melengkapi
monumen Budha terbesar di dunia ini.
Bendungan Waringin Sapta, abad ke-11. Setelah raja Airlangga
berhasil menyatukan wilayah kekuasaannya, kemakmuran rakyat ditingkatkan, Kali
Brantas di bendung dekat Kelagen untuk irigasi serta menanggulangi banjir.
Rakyat setempat ditunjuk untuk memelihara bendungan dan sebagai imbalannya, daerah
tersebut dibebaskan dari kewajiban membayar pajak. Akibatnya, pelayaran Kali Brantas bertambah ramai dan
pelabuhan Hujung Galuh menjadi pusat perdagangan antar pulau.
Candi Jawi, perpaduan Siwaisme dan Budhisme, 1292 Masehi.
Candi sinkretisme ini terletak di gunung Wlerang, di sebelah Barat Daya
Pandakan. Candi ini dibangun ole Raja
Kertanegara yang merupakan raja terakhir
Singasari. Puncaknya berbentuk ratnastupa, pada bagian atas terdapat arca Budha
Aksobhya dan di bagian bawah terdapat arca Siwa Mahadewa.
Sumpah Palapa, 1331 Maehi. Sesudah Gajah Mada berhasil
menyelesaikan perang Sadeng 1331, maka untuk membela keutuhan negara Majapahit
dia bersumpah tidak akan memakan Palapa sebelum Nusantara dapat disatukan.
Sumpah Palapa adalah pendahulu cita-cita persatuan Indonesia yang kemudian
diperjuangkan oleh para perintis kemerdekaan sejak tahun 1908.
Armada Perang Majapahit, abad ke-14. Sepeninggal Gajah Mada,
timbul kesulitan dalam pemerintahan Hayam Wuruk. Pemerintah yang berusaha untuk
mempertahankan keutuhan Nusantara dengan mengambil tindakan yang ditunjukan
kepada kemakmuran rakyat dan keamanan daerah-daerah. Hal ini dibuktikan dengan
memperkuat armada perang untuk menjaga keutuhan Nusantara dan mengatasi usaha
pengacauan antara lain oleh armada Cina.
Utusan Cina ke Majapahit, 1405 Masehi. Sejak Majapahit
mengalami zaman keemasan, hubungan persahabatan dengan negara-negara tetangga
berlangsung dengan baik. Pengakuan terhadap kedaulatan Majapahit oleh Cina
ditandai dengan kunjungan Cheng Ho pada tahun 1405 yang diterima oleh
Wikramawardhana.
Peranan Pesantren dalam penyatuajn bangsa, abad ke-4 Masehi.
Salah satu cara menyiarkan Islam di Indonesia adalahmelalui pendidikan di
pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai atau ulama.
Kegiatan pesantren-pesantren beserta Kiai-kiai dalam penyebaran agama Islam dan
pembangunan pendidikan masyarakat mempunyai peranan penting dalam proses
penyatuan bangsa.
Pertempuran pembentukan Jayakarta, 22 Juni 1527. Untuk
membendung pengaruh portugis yang sejak awal abad ke-16 telah berkuasa di
Malaka, Sultan Trenggono dari Demak, mengirim Fatahillah dengan pasukannya dan
pada tahun 1527 Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa sebelum Portugis
mendirikan benteng di pelabuhan Sunda Kelapa sesuai perjanjian tahun 1522
dengan Raja Pajajarn. Dalam pertempuran tanggal 22 Juni 1527 di Pelabuhan Sunda
Kelapa. Fatahillah berhasil mengalahkan ekspedisi Fransisco de Sa yang dikirim
Portugis untuk mendirikan benteng. Nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta,
berarti Kota Kemenangan.
Armada dagang Bugis, abad ke-15. Pelayaran orang-orang
Makassar dan Bugis mulai abad ke-15 sudah meliputi seluruh perairan
Nusantara.lGambaran tentang luasnya daerah-daerah yang dikunjungi terlihat
jelas pada tulisan tentang hukum laut Amanna Gappa dan peta laut Bugis.
Perang Makassar, 1668 Masehi. Sultan Hasanuddin membuka
pelabuhan Makassar untuk negara-negara yang ingin berhubungan dengan Makassar.
Perkembangan Makassar dan sikap Hasanuddin yang menjalankan politik perdagangan
bebas dengan negara-negara lain menimbulkan pertentangan dengan Belanda yang
menjalankan monopoli perdagangan sehingga akhirnya timbul peperangan pada
tanggal 8-9 Agustus 1668. Sultan Hasanuddin memimpin pertempuran mempertahankan
benteng Sobaopu dari serbuan Belanda.
Perlawanan Patimura, 1817 Masehi. Berdasarkan Konvensi
London 1814, Belanda berkuasa kembali atas Indonesia, serta mengulangi
menjalankan monopoli perdagangan dan segala sesuatu yang bersifat eksploitasi
dilaksanakan kembali. Rakyat Maluku tidak menerima politik monopoli Belanda dan
kemudian mengadakan perlawanan di bawah pimpinan Patimura. Pada tanggal 15 Mei
1817 Patimura bersama rakyat menyerbu benteng Duurstede di Saparua dan berhasil
merebutnya.
Perang Diponegoro, 1825-1830 Masehi. Perang yang dicetuskan
pada tahun 1825 oleh Diponegoro merupakan salah satu perlawanan rakyat semesta
yang berlangsung secara terus-menerus sehingga Belanda kehilanmgan sebanyak
15.000 tentara. Dalam pertempuran di sekitar kali Bogowonto, Diponegoro
berhasil mengalahkan pasukan kavaleri Belanda. Dengan perangkap berkedok
perundingan, akhirnya Diponegoro ditangkap di Magelang pada tanggal 28 Maret
1830.
Perang Imam Bonjol, 1821-1837 Masehi. Sekembalinya para
ulama dari tanah suci, mereka melihat bahwa kehidupan masyarakat tidak sesuai
dengan ajaran-ajaran Islam. Para ulama yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol
mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang ditentang oleh kaum adat. Belanda untuk
kedudukannya, kemudian memihak kaum adat. Menyadari kekuasaan Belanda makin
luas, akhirnya perlawanan terhadap Belanda dilakukan oleh kaum ulama bersama
kaum adat. Tuanku Imam Bonjol menghimpun kekuatannya antara lain dengan membuat
parit-parit pertahanan.
Perang Banjar, 1859-1905 Masehi. Untuk menjaga agar hasil
bumi Kalimantan seperti batu bara, minyak bumi, karet dan lain-lain tidak jatuh
ke tangan bangsa lain, Belanda berusaha untuk menguasai Banjar melalui campur
tangan dalam pemerintahan Kesultanan Banjar. Hal ini menjadi alasan bagi rakyat
Banjar untuk mengangkat senjata melawan Belanda dibawah pimpinan Pangeran
Antasari. Penyerangan terhadap kapal Belanda Onrust di Lontartur dilakukan oleh
Pangeran Suropati, saudara Pangeran Antasari.
Perang Aceh, 1873-1904 Masehi. Aceh menolak tuntutan Belanda
agar menghentikan hubungannya dengan negara-negara lain. Belanda segera
mengirim ekspedisi yang dipimpin oleh Mayor Jendral Kohler. Serangan pertama
Belanda gagal, bahkan panglimanya, Kohler, gugur dalam pertempuran di halaman
Masjid Baiturrahman, Banda Aceh. Pembakaran Masjid agung Baiturrahman semakin
menumbuhkan semangat perlawanan rakyat terhadap Belanda.
Perlawanan Sisingamangaraja, 1877-1907 Masehi. Dengan dalih
bahwa Zending sering diganggu oleh pasukan Sisingamangaraja, Belanda melakukan
ekspansi ke Tapanuli. Bentrokan pertama dengan Belanda terjadi pada tahun 15
Februari 1878, setelah Sisingamangaraja memberi peringatan kepada pasukan
Belanda agar meninggalkan Tapanuli. Perlawanan terhadap Belanda kemudian mendapat
bantuan rakyat Aceh dan Minangkabau. Dalam pertempuran di Tanggabatu dekat
Balige pada tahun 1884, Sidingamangaraja dapat memukul mundur pasukan Belanda.
Pertempuran Jagaraga, 1848-1849 Masehi. Pada tahun 1841,
Belanda memaksakan penghapusan peraturan Tawan Karang yang diakui sebagau
lembaga hukum adatg di Bali tetapi ditolak oleh Buleleng dan Karangasem.
Walaupun dalam serangan Belanda pada tahun 1840 Buleleng dan Karangasem dapat
diduduki, namunsemangat juang tetap berkobar dan mereka menyiapkan pertahanan
di Jagaraga. Pertempuran di muka Pura Dalam Jagaraga berakhir dengan gugurnya
seisi Pura yang lebih dikenal dengan Puputan Jagaraga.
numpang promote ya min ^^
BalasHapusbuat kamu yang lagi bosan dan ingin mengisi waktu luang dengan menambah penghasilan yuk gabung di di situs kami www.fanspoker.com
kesempatan menang lebih besar yakin ngak nyesel deh ^^,di tunggu ya.
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||
menarik sekali kak untuk dibacanya
BalasHapusElever Agency