Garudeya dan Sejarah Bangsa Indonesia
Pada bagian kaki Candi Kidal terpahatkan 3 buah relief
indah yang menggambarkan cerita legenda Garudeya (Garuda) yaitu kisah sang Garuda
membebaskan ibunya dari perbudakan. Candi Kidal dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Anusapati.
Candi ini dibangun agar Sang Raja mendapat kemuliaan sebagai Syiwa.
Candi Kidal dibangun pada 1248 M, setelah upacara pemakaman 'Cradha'
untuk Anusapati.
Relief Garudeya pada tubuh candi Kidal diperkirakan sebagai amanat dari Raja Anusapati. Amanat ini muncul karena keinginan besar Anusapati untuk meruwat ibunya, Kendedes. Kisah Garudeya tertuang dalam tiga panil yang terpahat pada kaki candi. Ketiga panil Garudeya tersebut dipahat pada pilaster (tiang semu) bagian tengah batur candi Kidal. tepat pada sisi Selatan, Timur dan Utara.
Relief Garudeya pada tubuh candi Kidal diperkirakan sebagai amanat dari Raja Anusapati. Amanat ini muncul karena keinginan besar Anusapati untuk meruwat ibunya, Kendedes. Kisah Garudeya tertuang dalam tiga panil yang terpahat pada kaki candi. Ketiga panil Garudeya tersebut dipahat pada pilaster (tiang semu) bagian tengah batur candi Kidal. tepat pada sisi Selatan, Timur dan Utara.
Kisah Garudeya secara singkat adalah dimulai dari kisah persaingan
antara kedua istri resi Kasyapa yang bernama Kadru dan Winata. Kadru
adalah ibu dari para ular naga. Sedangkan Winata adalah ibu dari burung
garuda. Keduanya berselisih mengenai warna ekor kuda Uraihsrawa yang muncul
bersama air amertha ketika samudra susu diaduk. Kadru menganggap warna
ekor kuda adalah hitam, sedangkan Winata menganggap warna ekor kuda itu adalah
putih. Dari sengitnya perselisihan pendapat, akhirnya keduanya sepakat
untuk bertaruh, yang kalah akan menjadi budak yang menang. Para ular
naga tahu bahwa ibu mereka salah. Mereka memberitahu ibunya. Kadru
kemudian membuat rencana agar anak-anaknya mengubah warna kuda
Uraihsrawa dengan bisa apinya. Usaha ibu beranak itu pun berhasil. Warna ekor kuda Uraishwara yang semula putih berubah jadi hitam. Winata
akhirnya kalah dan dijadikan budak oleh Kadru.
Relief kedua, Garuda tengah
mengusung bejana yang berisi Tirta Amerta (air keabadian). (wikimedia)
Setelah dewasa, Garuda berusaha membebaskan ibunya dari perbudakan Kadru dan naga-naga yang licik. Suatu hari ditanyakanlah kepada 3 ekor ular tersebut bagaimana caranya supaya ibunya dapat terbebas dari perbudakan ini. Para ular naga kemudian meminta syarat kepada
Garuda bahwa ia dapat membebaskan ibunya dengan syarat Garuda harus
mendapatkan air amertha yang dimiliki para dewa. Garuda menyanggupi dan segera mohon izin ibunya untuk berangkat ke
kahyangan. Para dewa penghuni kahyangan tidak menyetujui keinginan Garuda sehingga
terjadilah perkelahian. Namun berkat kesaktian Garuda para dewa dapat
dikalahkan. Melihat kekacauan ini Bathara Wisnu turun tangan dan Garuda
akhirnya dapat dikalahkan. Setelah mendengar cerita Garuda tentang
tujuannya mendapatkan amerta, maka Wisnu memperbolehkan Garuda meminjam
amerta untuk membebaskan ibunya dengan syarat Garuda juga harus mau
menjadi tungganggannya. Garuda menyetujuinya dan ia kembali turun ke bumi membawa bejana air suci
amerta di atas kepalanya. Inilah yang dilukiskan pada relief kedua.
Relief ketiga, dengan gagah berani Garuda menggendong dan membebaskan ibunya dari perbudakan. (wikimedia)
Setelah Garuda mendapatkan Tirta amertha, ia
membawanya ke tempat para naga. Amertha tersebut berada dalam Kamandalu
yang diberi tali rumput ilalang. Garuda berpesan kepada para naga
sebelum minum amertha, para naga harus bersuci/mandi terlebih dahulu.
Sejak saat itu Garuda dan ibunya terbebas dari budak sang Kadru dan para naga. Ketika
para naga sedang mandi, amrtha diambil oleh Sang Hyang Indra. Para
naga sedih tidak tau harus berbuat apa lagi. Ada bekas titik amrtha
yang tertinggal pada rumput ilalang lalu dijilati oleh para naga.
Karena ilalang sangat tajam, sehingga lidah para naga terbelah menjadi
dua. Sementara itu rumput ilalang telah suci karena tersentuh oleh
amertha.
Kisah
Garudeya memiliki kemiripian dengan sejarah bangsa Indonesia yang telah
dijajah oleh bangsa Barat selama ratusan tahun. Dengan semangat
perjuangan dan kesatuan, bangsa Indonesia bisa membebaskan ibu pertiwi
(Indonesia) dari belenggu penjajahan, seperti halnya Garuda yang dengan
gagah berani membebaskan ibunya (Winata) dari perbudakan Kadru dan
anak-anaknya. Sebagai negara yang berjatidiri Garuda, Garuda menjadi sumber inspirasi para pendiri bangsa Indonesia dan bangsa Indonesia menjadikan Garuda sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia .
-----
Sumber:
Sumber:
Moelyono, S (1979), Negarakretagama dan Tafsir Sejarahnya, Djambatan.
Rutmawati, Siti. 2016. Garudeya, sebuah mitos jawa kuno yang tertera di Candi Kidal. Merdeka.com
Sumarsono, Cokro Wibowo. 2017. Candi Kidal, Sumber Inspirasi Lahirnya Lambang Garuda Pancasila. RMOL.co
numpang promote ya min ^^
BalasHapusbuat kamu yang lagi bosan dan ingin mengisi waktu luang dengan menambah penghasilan yuk gabung di di situs kami www.fanspoker.com
kesempatan menang lebih besar yakin ngak nyesel deh ^^,di tunggu ya.
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||
hallo min, saya micheal jacksen dari kampus universitas bunda mulia. Mohon izin, mengambil foto relief garudeya untuk keperluan skripsi saya nih min.
BalasHapus