Jejak Indonesia di Filipina

Peta Kepulauan Indonesia dan Kepulauan Filipina (Wikimedia)
Filipina merupakan salah satu negara kepulauan di Asia Tenggara. Filipina secara geografis dan demografi tidak terlalu jauh berbeda dengan Indonesia. Bisa dikatakan Filipina adalah salah satu negara serumpun dari Indonesia. Filipina dan Indonesia merupakan dua negara sahabat yang memiliki hubungan yang baik dan tergabung dalam berbagai macam kerjasama internasional. Salah satu kerjasama internasional yang diikuti oleh kedua negara adalah ASEAN sebagai wadah kerjsama negara-negara Asia Tenggara. Lalu, bagaimana hubungan antara Indonesia dan Filipina dimasa lampau?

Ekspansi Sriwijaya dan Majapahit ke Filipina
Kepulauan Filipina secara geografis tidak dijadikan sebagai laluan perdagangan internasional sehingga mereka tidak mendapatkan pengaruh India secara langsung. Pengaruh Hindu-Budha di Filipina dibawa oleh Sriwijaya dan berlanjut pada masa Majapahit.

Jejak Sriwijaya dapat dilihat dari cerita rakyat Filipina mengenai kedatangan orang-orang Sriwijaya dari Swarnadwipa (Sumatera) yang kemudian membentuk suku bangsa Visaya di Filipina bagian Tengah. Etnis Visaya mempercayai bahwa nenek moyangnya berasal dari Sumatera (Sriwijaya). Nama Visaya sendiri diambil dari nama Sriwijaya.
Lokasi Visaya di Kepulauan Filipina (wikimedia)
Setelah Sriwijaya runtuh, hegemoni dari kerajaan-kerajaan Indonesia kembali dilanjutkan dengan berdirinya kerajaan Majapahit. Majapahit dibawah pemerintahan Hayan Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada melakukan penaklukan keberbagai wilayah. Salah satu wilayah yang ditaklukkan Majapahit adalah wilayah Filipina bagian Selatan.
Pengaruh Sriwijaya dan Majapahit di Filipina
Pengaruh Sriwijaya dan Majapahit di Filipina dapat dilihat dari berbagai macam arca, prasasti maupun cerita rakyat yang berkembang di wilayah Filipina. Salah satu nya adalah prasasti Laguna yang ditemukan di Manila pada tahun 1986. Prasasti ini berangka tahun 822 Saka (900 Masehi). Pengaruh Indonesia dapat dilihat dari bahasa dan aksara yang digunakan oleh prasasti ini. Selain menggunakan bahasa Tagalog Kuno, prasasti Laguna juga menggunakan bahasa Sansekerta, Melayu kuno dan Jawa kuno serta menggunakan aksara Jawa kuno (Kawi).
Prasasti Laguna (Journal Manila)
Pada tahun 1918 ditemukan arca Tara emas di Agusan, Butuan, Mindanao, Filipina Selatan. Arca emas Tara tersebut sangat kental dengan pengaruh Majaphit. Pengaruh ini bisa dilihat dari mahkota, perhiasan maupun gaya dari arca tersebut yang memiliki gaya Majapahit. Arca Tara emas ini dipercaya sebagai Dewi Saiwa yang menjadi bukti bahwa agama Hindu telah berkembang di Filipina yang dibawa oleh Majaphit.
Tara Emas, Agusan, Butuan, Mindanao (Museum of Natural History, Chicago)
Berdasarkan buku yang ditulis oleh H. Otley Beyer dalam bukunya "Outline Review of Philippine Archaeology by Islands and Provinces" menyebutkan bahwa Sebuah penelitian mengenai arca oleh Dr. F.D.K. Bosch, dari Batavia (Jakarta), pada tahun 1920, yang sampai pada kesimpulan bahwa arca tersebut dibuat oleh para pekerja lokal di Mindanao, yang meniru sebuah arca Nganjuk (Jawa Timur) dari zaman Majapahit awal - kecuali bahwa seniman lokal mengabaikan atribut pembeda yang ada di tangan. Mungkin ada hubungannya dengan para penambang Jawa yang diketahui telah menambang emas di daerah Agusan-Surigao di pertengahan atau akhir abad ke-14. Arca ini kelihatan mirip dengan dewi Saiwa, dan sesuai dengan nama "Butuan" (yang berarti "lingga").

Di akhir abad ke-14 seorang ulama dari Minangkabau (Sumatera Barat) bernama Raja Bagindo melakukan dakwah di wilayah Sulu (Filipina Selatan). Raja Bagindo berjasa terhadap Islamisasi di wilayah Sulu dan menjadi cikal bakal kesultanan Sulu salah satu kerajaan paling kuat di Filipina.

Berdasarkan pemaran diatas dapat disimpulkan bahwa telah terjadi interaksi dan terjalin hubungan antar masyarakat yang tinggal di Filipina dengan masyarakat Indonesia. Pengaruh Indonesia di Filipina cukup kuat mulai dari masa Hindu-Budha sampai masa Islam. Sebagian masyarakat Filipina mendapatkan pengaruh Hindu-Budha dan Islam melalui perantara Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapal Kuno Borobudur Sebagai Bukti Nenek Moyang Bangsa Indonesia Adalah Pelaut Ulung

Kerajaan Melayu Salah Satu Kerajaan Awal di Sumatera

Arca Budha Tertua di Indonesia