Konsep Dewaraja di Indonesia dan Kamboja

Konsep Dewaraja merupakan konsep yang digunakan oleh raja-raja yang ada di Indonesia dan Kamboja pada masa keemasan Hindu-Budha di Asia Tenggara. Dewa-Raja berarti seorang Raja yang dianggap sebagai titisan Dewa, baik itu Dewa Siwa, Wisnu, Brahma maupun Indra bahkan Gautama Budha. Dewaraja dianggap sebagai seorang Raja yang dipuja dan diangap sebagai titisan Dewa yang berkuasa di muka Bumi. Konsep Dewaraja digunakan oleh penguasa di kerajaan Kuno Indonesia dan Kamboja bertujuan untuk menguatkan kekuasaan sang raja sekaligus untuk mempermudah mengatur tatanan sosial, ekonomi dan agama. Dengan konsep Dewaraja rakyat akan lebih patuh dan lebih mudah diatur oleh sang Raja.
Dewa Raja di Kepulauan Indonesia 
Kerajaan Tarumanegara
Konsep Dewaraja tertua berasal dari pulau Jawa tepatnya di pulau Jawa bagian Barat yaitu kerajaan Tarumanegara yang berdiri pada tahun 358. Dalam beberapa Prasasti yang terdapat di Jawa Barat diceritakan bahwa raja-raja Tarumanegara merupakan titisan dewa Wisnu.
Prasasti Ciareteun yang ditemukan di Sungai Ciareteun menjelaskan tentang  sepasang telapak kaki raja Purnawarman yang mirip dengan telapak kaki Dewa Wisnu. Melalui prasasti ini, raja Purnawarman ingin menunjukkan kekuasaanya sebagai Dewaraja titisan Dewa Wisnu di muka bumi ini.
Prasasti Kebon Kopi (bukusejarah.tk)
Prasasti kebon kopi menjelaskan tentang sepasang telapak kaki gajah yang sangat kuat, gajah tunggangan raja Purnawarman yang mirip dengan Airawata yaitu gajah tunggangan Dewa Indra. Melalui prasasti ini sang raja Purnawarman menununjukkan dirinya sebagai Dewaraja titisan dewa Indra melalui sepasang telapak kaki gajah tunggangannya yang seperti gajah Airawata.
Dinasti  Syailendra
Dinasti Syailendra adalah salah satu kerajan Mataram Kuno (Medang) yang berpusat di Magelang, Jawa Tengah. Syailendra berarti penguasa gunung yaitu sebuta untuk Dewa Siwa. Beberapa candi yang dibangun oleh Dinasti Syailendra diperuntukkan untuk memuja sang Dewaraja sekaligus dibangun untuk mengantar kepergian sang Dewaraja ke Nirwana.

Dinasti Sanjaya 
Dinasti Sanjaya merupakan salah satu kerajaan Mataram Kuno (Medang) yang berpusat di Yogyakarta di Pulau Jawa bagian Tengah. Raja-raja Sanjaya dalam prasasti diibaratkan sebagai Dewaraja penguasa Dunia. Beberapa Candi yang dibagun oleh Dinasti Sanjaya diperuntukkan untuk memuja Dewaraja dan sebagai tempat peristirahatan terakhir Raja menuju ke Nirwana dan Swargaloka.
Candi Prambanan meruapakan candi yang dibangun oleh raja Dyah Balitung untuk menunjukkan dirinya sebagai Dewaraja titisan Dewa Siwa sang penguasa Mataram Kuno. Di garbhagriha (relung utama) candi Siwa yang merupakan candi tertinggi dan terbesar di kompleks candi Prambanan, terdapat arca Dewa Siwa yang merupakan arca perwujudan Dyah Balitung sebagai pedharmaan anumertanya.
Kerajaan Kahuripan
Konsep pemerintahan di Kerajaan Kahuripan menggunakan konsep Dewaraja,  Kerajaan Kahuripan merupakan kerajaan yang didirikan oleh raja Airlangga. Raja Airlangga dalam beberapa arca digambarkan sebagai Dewaraja titisan Dewa Wisnu. Arca Airlangga paling terkenal adalah arca perwujudannya sebagai Dewa Wisnu tengah mengendarai Garuda di candi Belahan. Pada candi tersebut arca raja Airlangga diapit oleh kedua arca istrinya dalam perwujudannya sebagai Dewi Sri dan Dewi Laksmi.
Kerajaan Singhasari
Kerajaan Singhasari merupakan kerajaan yang berpusat di Malang Jawa Timur.Kerajaan ini dibangun oleh Ken Arok. Kerajaan yang bernama asli Tumapel ini menggunakan konsep Dewaraja dalam pemerintahannya. Bebagai macam prasasti, kitab kuno dan candi yang terdapat di Jawa Timur menggambarkan tentang perwujudan raja sebagai Dewa. Arca yang paling terkenal dari Singasari adalah arca Prajnaparamita yang dianggap sebagai perwujudan Ken Dedes, permaisuri dari Ken Arok.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit dibangun oleh Nararya Sanggramawijaya atau Raden Wijaya. Raja-raja Majaphit memiliki gelar kedewaan sebagai pelindung dan penguasa Majapahit. Raden Wijaya digambarkan sebagai Dewa Wisnu yang menyelamatkan dan melindungi Dunia serta didharmakan sebagai Jina (Budha). Raja Jayanegara digambarkan sebagai perpaduan Wisnu-Budha, dalam beberapa prasasti dan naskah disebutkan bahwa Jayanegara adalah penghancur kejahatan, pelindung perairan dan samudera. Jaya negara didharmakan sebagai Wisnu dan Budha. Ratu Tribhuwanawijayatunggadewi dalam beberapa prasasti dijelaskan sebagai jelmaan  Wisnu dan Budha, dia disebutkan sebagai pemeluk agama Budha yang taat. Raja Hayam Wuruk yang merupakan raja ke empat Majapahit, 
dalam berbagai naskah dan prasasti disebutkan bahwa Hayam Wuruk merupakan jelmaan Dewa Siwa dan Budha.
Kerajaan Malayu (Dharmasraya)
Kerajaan Malayu merupakan kerajaan yang sudah berdiri pada abad ke-4 Masehi namun dihancurkan oleh Sriwijaya di abad ke-7 Masehi. Pada abad ke-14 Masehi, Adityawarman seorang Bangsawan Majapahit keturunan Jawa-Melayu datang dari Jawa untuk membangun kembali kerajaan Malayu dan memerdekakan diri dari Majapahit. Adityawarman sebagai pendiri kerajaan Malayu yang baru, mentasbihkan dirinya sebagai Dewaraja dengan membuat prasasti yang menyebut dirinya sebagai Bhairawa dan Amogapasha. Selain itu Adityawarman membuat arca Bhairawa setinggi hampir 5 meter sebagai bentuk kekuasaannya dan rakyat Malayu harus memuja dan tunduk padanya.

Dewaraja di Kamboja
Dewa raja di Kamboja bermula ketika Suryawarman II dari Kambojadesa kembali dari Jawa dan memerdekakan dirinya dari kekuasaan Jawa. Suryawarman II yang besar dan belajar di Jawa menerapkan berbagai macam ilmu yang dia dapatkan di Jawa dalam pemerintahannya. Salah satunya adalah konsep Dewaraja dimana dalam berbagai macam prasasti dan arca yang terdapat di Kamboja, menjelaskan mengenai Jayawarman II sebagai Dewaraja penguasa dunia. Bangunan yang paling terkenal yang pernah ia buat adalah Angkor Wat. Angkor Wat dibangun untuk memuja Dewa Wisnu, Raja Suryawarman II diangap sebagai jelmaan Dewa Wisnu. 
Candi Angkor Thom dikamboja dipenuhi dengan relief wajah raja Suryawarman II yang dianggap seabagai titisan Dewa Wisnu. Raja Suryawarman II dianggap sebagai raja teragung kerajaan Khmer dan dianggap sebagai Dewa Wisnu sang pelindung dunia dari kehancuran. 
Candi Angkor Wat dibangun untuk memuja raja Suryawarman II yang dianggap sebagai titisan Dewa. Angkor Wat merupakan maha karya Khmer yang sangat baik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapal Kuno Borobudur Sebagai Bukti Nenek Moyang Bangsa Indonesia Adalah Pelaut Ulung

Kerajaan Melayu Salah Satu Kerajaan Awal di Sumatera

Arca Budha Tertua di Indonesia