Peradaban Kuno Indochina dan Indonesia Part I Kamboja dan Indonesia



Kamboja dan Indonesia merupakan dua buah negara yang terletak di Asia Tenggara. Kamboja terletak di Semenanjung Indochina sedangkan Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terletak di Asia Tenggara dan sebagian di wilayah Oceania. Kamboja dan Indonesia adalah negara-negara yang sangat terpengaruh oleh dua budaya besar pada zaman dahulu kala yaitu peradaban Hindu-Budha. Di kedua negara ini tersebar berbagai macam peninggalan peradaban kuno seperti Candi maupun berbagai macam kebudayaan lainnya yang sampai saat ini masih bisa kita saksikan. 

Berbagai macam peninggalan peradaban kuno maupun kebudayaan yang terletak di Kamboja dan Indonesia memiliki beberapa kemiripan. Kemiripan peradaban kuno maupun kebudayaan tersebut seperti pada candi-candi maupun kebudayaan yang terdapat di kedua negara. Kemiripan ini didasarkan oleh beberapa faktor diantaranya adanya:
  •  Kesamaan budaya yang mempengaruhi kedua negara tersebut yaitu budaya Hindu-Budha. Pengaruh ini bisa dilihat dari bentuk bangunan maupun aksara yang digunakan di kedua negara di masa lampau walaupun pembangunan monumen, candi dan kebudayaan tetap mempertahankan kearifan lokal.   
  •  Adanya kesamaan agama yaitu agama Hindu dan Budha yang dianut oleh mayoritas penduduk negara tersebut di masa lampau. Sehingga setiap pembangunan monumen, candi atau pun kebudayaannya sangat kental dengan pengarauh Hindu dan Budha. 
  • Adanya tali sejarah antara Kamboja dan Indonesia yaitu tertulis dalam sebuah prasasti yang mengatakan bahwa Kamboja beberapa kali menjadi daerah vasal atau daerah jajahan dari kerajaan-kerajaan yang berada di kepulauan Indonesia seperti kerajaan Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan dan kerajaan Medang di Magelang, Jawa Tengah. Selain itu semasa zaman kerajaan Singhasari dan Majapahit disebutkan dalam kitab Negarakertagana bahwasanya kerajaan Khmer (Kamboja) merupakan salah satu kerajaan yang berhubungan baik dan merupakan kerajaan sahabat dari  kerajaan Singhasari dan Majapahit.
Kemiripan Budaya dan Peninggalan Peradaban antara Kamboja dan Indonesia
Aksara
Kamboja dan Indonesia merupakan negara yang sangat dipengaruhi oleh budaya Hindu-Budha yang berasal dari India. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari penggunaan bahasa Sansekerta sebagai salah satu bahasa resmi kerajaan baik di Kamboja maupun Indonesia. Bahasa Sansekerta dianggap sebagai bahasa suci atau bahasa keagamaan untuk spiritual. Selain itu pengaruh Hindu-Budha dapat dilihat dalam penggunaan aksara atau tulisan. Aksara di Kamboja dan Indonesia dipengaruhi oleh aksara yang berkembang di India yaitu aksara dewanagari. Aksara dewanagari menurunkan aksara Khmer dan aksara Jawa (Kawi).  

Budaya
Budaya yang terdapat di Kamboja tidak terlalu berbeda dengan budaya yang ada di Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok di Indonesia. Pakaian, tarian maupun ciri fisik orang Khmer (Kamboja) tidaklah terlalu berbeda. Pakaian nasional dan tradisional Kamboja memiliki kemiripan dengan songket Palembang (Sumatera). Tari-tarian Khmer memiliki kemiripam dengan tari Bali baik dari segi gerakan maupun  pakaian penari, walaupun pada dasarnya tarian di Kamboja dan Indonesia memiliki karakter dan keunikan masing-masing dengan kearifan lokalnya.
Ciri Fisik
Penduduk Kamboja atau suku Khmer termasuk ke ras Austroasiatic (Mon-Khmer) sedangkan penduduk Indonesia terutama Indonesia bagian Barat termasuk ke ras Austronesia (Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan dan Sulawesi) dan Indonesia bagian Timur termasuk ke ras Melanesia (Kepulauan Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua). Walaupun Kamboja dan Indonesia terbentuk dari ras yang berbeda, namun ciri fisik penduduk yang tinggal di Kamboja (Khmer) memiliki ciri fisik yang tidak terlalu jauh berbeda dengan penduduk Indonesia terutama yang tinggal di Indonesia bagian Barat. Etnis Khmer tidak terlalu berbeda dengan etnis Minangkabau, Melayu, Jawa maupun Bali. 

Peninggalan Peradaban Kuno 
Kamboja dan Indonesia merupakan negara dengan sejarah yang sangat panjang. Kamboja dan Indonesia telah diperintah oleh kerajaan-kerajaan besar pada zamannya. Kerajaan Khmer merupakan kerajaan terbesar yang dimiliki oleh Kamboja. Kerajaan Khmer meninggalkan berbagai macam candi maupun monumen-monument besar dan sangat berharga. Candi-candi maupun monument peninggalan kerajaan Khmer memiliki kemiripan dengan candi dan monumen yang ada di Indonesia seperti candi Borobudur yang dibangun oleh dinasti Syailendra memiliki kemiripan dengan candi Bayon di Kamboja. Sedangkan Angkor Wat yang merupakan salah satu kebanggaan rakyat Kamboja memiliki kesamaan arsitektur dan filosofi dengan Prambanan.
 
 Candi Prambanan dan Angkor merupakan candi Hindu yang dibangun untuk memuja dewa-raja yang dianggap sebagai titisan dewa Siwa. Sistem pemerintahan Dewa-raja pertama kali ditemukan di Jawa yang selanjutnya di adopsi oleh Khmer (Kamboja) setelah belajar di istana Jawa. 

Hubungan Kamboja dan Indonesia di Masa Lampau 
Masyarakat yang tinggal di Kamboja sudah memiliki hubungan dengan masyarakat yang tinggal di kepulauan Indonesia terutama dengan penduduk Jawa dan Sumatera. Sebelum abad ke 8 atau sebelum kerajaan Khmer berdiri, Kamboja berada dibawah kendali kerajaan Jawa yang dipimpin oleh raja Dharanindra  dari Dinasti Syailendra. Suryavarman II pendiri kerajaan Khmer tinggal di Jawa serta menimba ilmu di Istana Jawa sebagai tawanan. Suryavarman II belajar di Jawa untuk mempelajari budaya dan kesenian serta konsep kemaharajaan semasa kekuasaan Wangsa Syailendra yang saat itu menguasai Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaka hingga Kamboja. Pada tahun 802 Jayavarman II kembali ke Kamboja dan menyatakan dirinya sebagai Dewa-Raja Jayavarman II yang kerajaannya independen dari kekuasaan Wangsa Syailendra di Jawa. Pada abad ke 12 ketika Majapahit berkuasa di Nusantara, Kamboja menjadi salah satu dari negara sahabat Majapahit sekaligus sebagai negara mitra dalam hal perdagangan. Perisriwa ini di catat di kita Pararaton dan Negarakertagama.

Beberapa Prasasti di Kamboja dan Indonesia serta berita asing yang berkaitan dengan takluknya Kamboja dibawah kekuasaan Jawa (Indonesia). 

Prasasti-prasasti yang ditemukan di Kamboja dan Indonesia ,serta beberapa berita atau catatan dari bangsa asing mencatat takluknya Kamboja di tangan Jawa.
 
Prasasti Sdok Kak Thom 
Prasasti ini ditemui di Phnom Sandak di Preah Vihear bertarikh 1052 Masehi, dan ditulis dalam Bahasa Sanskrit dan Khmer. 

man vrāhmaṇa jmaḥ hiraṇyadāma prājña siddhividyā mok aṃvi janapada.   pi vrah
pāda parameçwara añjen thve vidhi leha leṅ kam pi kamvujadeşa neḥ āyatta ta javā
 ley,   len āc ti kamrateṅ phdai karoṃ   mvāy guḥ ta jā cakravartti.   vrāhmaṇa noḥ thve
vidhi toy vraḥ vināçikha pratiṣṭhā kamrateṅ jagat ta rāja vrāhmana noḥ payyaρn vraḥ
vināçikha.   nayottara.   saṃmoha.   çiraçcheda.   syaṅ man svat ta mukha cuṅ pi sarsir pi
paryann steṅ añ çivakaivalya nu gi

Terjemahan bebas:


Kemudian seorang brahmana bernama Hiranyadáma, yang terpelajar dalam mantra yang memberikan Siddhi, berasal dari rakyat. Yang Mulia Paramesvara [kemudian menjadi Jayavarman II] meminta dia untuk melakukan ritual agar tanah Kambuja (Kambujadesa) seterusnya tidak lagi menjadi bawahan Jawa dan sehingga hanya satu raja yang menjadi penguasa umum [untuk wilayah mereka]. brahmana yang melakukan ritual [sampai berakhir] mengikuti Vinaisikha terhormat dan mendirikan Kamraten Jagat ta Raja (= DevaRaja). brahmana [kemudian) mengajarkan Vinasikha,  Nayottara,  Sammoha dan Siracheda. Dia bacakan mereka dari awal sampai akhir sehingga mereka bisa ditulis, dan mengajar mereka untuk Sivakaivalya.

R.C Majumdar telah menterjemah prasasti ini seperti berikut:
Menyatakan bahwa Raja Jayavarman II, yang datang dari Jawa untuk memerintah Kota Indrapura, melaksanakan satu perayaan keagamaan supaya Kambujadesa (Indochina/Kamboja & vietnam) tidak lagi terletak dibawah takluk Jawa. Kerana Jayavarman II memerintah dari tahun 802 – 869 Masihi. Ini bermakna negara Khmer telah merdeka dari pengaruh Jawa hingga akhir abad ke-8. Seterusnya ia kekal merdeka. 


Prasasti Yang Tikuh
Prasasti Yang Tikuh merupakan prasasti  yang dikeluarkan oleh Inderawarman. Prasasti ini mencatat peringatan selesainya pemugaran kuil Bhadradhipatiswara yang pada tahun 787 Masehi telah diserang dan dibakar oleh sepasukan yang datang naik kapal dari Jawa. Pada tahun 774 Masehi Campa juga pernah mendapat serangan dari orang-orang yang datang dari Jawa menggunakan kapal.
Kapal yang digunakan oleh orang Jawa untuk menyerang Kamboja dan Champa

Prasasti Vat Samrong

Yang Mulia, yang telah pergi ke tempat Parameswara (maksudnya mangkat) pergi ke Rdval, mempercayakan kepada Mratan Sri Prathivinarendra untuk mengadakan ritual guna mencegah Kamboja dikuasai Jawa


Catatan Saudagar Arab 
Catatan saudagar Arab mengenai serangan dari raja zabag atas Kamboja tahun 851 Masehi. Peristiwa penyerangan Jawa atas Kamboja begitu membekas di hati masyarakat Kamboja, penyerangan tersebut menjadi sumber cerita bagi orang-orang Kamboja (Khmer) yang di sampaikan kepada saudagar Arab ketika ia berkunjung pada tahun 851 Masehi. 
 
Saudagar Arab benrnama Suleman menceritakan tentang kekalahan yang diderita oleh Raja Khmer akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan Sri Maharaja dari Zbag. Nama Sri Maharaja disebutkan juga di dalam beberapa prasasti dari abad ke-8 Masehi. Baik yang ditemukan di Jawa (Prasasti Kalasan, 778 Masehi) dan Thailand Selatan (Segenting Kra) pada prasasti Ligor B (775 Masehi). Karena pada zaman itu Semenanjung Malaya dan Thailand Selatan menjadi bagian dari jajahan Jawa.

Catatan Cina
Tak hanya itu, beberapa prasasti dan catatan-catatan dari era dinasti Tang yang disusun oleh Ouyang xiu dan song qi juga mencatat kemunduran drastis kemaharajaan chenla di abad ke 8 terutama bertepatan dengan era maharaja Dharanindra dari dinasti syailendra Medang. Tidak mengherankan bila arti dari Dharanindra dalam prasasti kelurak tahun 782 M disebutkan sebagai “Penumpas musuh-musuh Perkasa”.

Hubungan Majapahit dengan Khmer (Kamboja)  Dalam Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakertagama merupakan kitab Kuno yang selesai ditulis pada bulan Aswina tahun Saka 1287 (September – Oktober 1365 Masehi), penulisnya menggunakan nama samaran Prapanca, berdasarkan hasil analisis kesejarahan yang telah dilakukan diketahui bahwa penulis naskah ini adalah Dang Acarya Nadendra , bekas pembesar urusan agama Budha di istana Majapahit. Beliau adalah putera dari seorang  pejabat istana di Majapahit dengan pangkat jabatan Dharmadyaksa Kasogatan. Penulis naskah ini menyelesaikan naskah kakawin Negarakretagama diusia senja dalam pertapaan di lereng gunung di sebuah desa bernama Kamalasana. Kitab negarakertagama merupakan satu-satunya kitab kuno yang menyebutkan nama-nama kota dan kerajaan yang sangat terperinci dan terlengkap di Asia Tenggara. Kitab Negarakertagama menjadi Memory of The World yang diakui oleh UNESCO. Dalam pupuh ke 15 pada bait pertama, kitab Negarakertagama menyebutnkan nama-nama kerajaan yang menjadi negara sahabat Majapahit. Salah satu kerajaan yang disebut sebagai negara sahabat adalah Kamboja. Berikut isi dari pupuh ke 15 bait pertama dari kitab Negarakertagana:

"Inilah nama Negara asing yang mempunyai hubungan. Siam dengan Ayudyapura, begitu pun Darmanagari Marutma, Rajapura, begitu juga Singanagari. Campa, Kamboja, dan Yawana ialah Negara sahabat."

Dari berbagai macam catatan, prasasti dan kitab kuno yang membahas mengenai hubungan Kamboja dan Indonesia diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa hubungan antara Kamboja dan Indonesia sudah terjalin sejak zaman dahulu kala dan berlanjut sampai sekarang. Bahkan saat ini Kamboja dan Indonesia bergabung di ASEAN untuk membentuk masyarakat ekonomi ASEAN sebagai identitas bersama.

Komentar

  1. Silahkan di kunjungi ya teman teman 100% Memuaskan
    > Hoki anda ada di sini <
    1 USER ID UNTUK SEMUA GAME
    Kami memberi bukti bukan Janji
    Daftar sekarang juga di www.dewalotto.club
    MIN DEPO & WD HANYA Rp.20.000,-
    UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
    WHATSAPP : ( +855 69312579 ) 24 JAM ONLINE
    MELAYANI TRANSAKSI VIA BANK :
    BCA - MANDIRI - BRI - BNI - DANAMON-NIAGA
    Raihlah Mimpi Anda Setiap Hari & Jadilah Pemenang !!!

    BalasHapus
  2. Itu bukan Javanese script, tapi balinese.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapal Kuno Borobudur Sebagai Bukti Nenek Moyang Bangsa Indonesia Adalah Pelaut Ulung

Kerajaan Melayu Salah Satu Kerajaan Awal di Sumatera

Arca Budha Tertua di Indonesia