Kerajaan Melayu Salah Satu Kerajaan Awal di Sumatera




 
Salah satu candi di Kompleks candi Muaro Jambi (Republika.co.id)


Kerajaan Melayu merupakan salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Swarnadwipa atau Swarnabhumi (Pulau Sumatera). Kerajaan ini berpusat di tepian Sungai Batanghari di Jambi kemudian berpindah ke hulu Sungai Batanghari di  Dharmasraya dan berpindah lagi ke Pagaruyung. Kerajaan ini diperkirakan telah berdiri sejak abad ke-4 Masehi. 

Berdasarkan kisah perjalan I-Tsing seorang Sami Budha dari Cina menuturkan bahwa pada tahun 685 kerajaan Melayu ini telah takluk dibawah kerajaan Sriwijaya. Hal ini diperkuat dengan berita lain mengenai penaklukan Sriwijaya atas kerajaan Melayuyang  berasal dari T'ang-Hui-Yao yang disusun oleh Wang p'u pada tahun 961, kerajaan Melayu mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 645 untuk pertama kalinya, namun setelah munculnya Sriwijaya sekitar 670, kerajaan Melayu tidak ada lagi mengirimkan utusan ke Cina. 

Setelah kekuatan Sriwijaya melemah, Kerajaan Melayu takluk dibawah Kerajaan Singhasari dari Bhumi Jawa. Penaklukan ini dilakukan melalui ekpspedisi Pamalayu pada tahun 1275, ekspedisi ini bertujuan untuk menaklukkan Kerajaan Melayu. Hal ini diperkuat dengan adanya Arca Amoghapasha yang diberikan oleh Raja dari Bhumi Jawa yaitu Kertanegara dari Singhasari untuk raja Melayu yaitu Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa dan masyarakat Malayapura di Swarnadwipa (Sumatera). Selang beberapa tahun berdasarkan kitab Negarakertagama kerajaan Melayu menjadi salah satu kerajaan yang dikuasai oleh Majapahit.
Kontroversi dari Lokasi Pusat kerajaan Melayu
Ada 2 lokasi yang dipercaya sebagai pusat kerajaan Melayu yaitu Jambi dan Dharmasraya. Berdasarkan berita yang dituturkan oleh I-Tsing, pusat kerajaan Melayu berlokasi di tengah Pelayaran antara Kedah dan Sriwijaya. Dari berita ini dapat dipastikan bahwa Melayu terletak di utara Sriwijaya dan Selatan Kedah. Daerah tersebut merujuk ke daerah Jambi modern.
Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari (Dharmasraya), hal ini diperkuat dengan prasasti Padangroco yang bertahunkan 1208 Saka (1286 M) yang ditemukan di Padangroco, hulu sungai Batanghari, Dharmasraya. Prasasti tersebut menyebutkan bahwa arca Amoghapasha yang beralaskan prasasti Padangroco merupakan hadiah dari Raja Kertanegara untuk raja Melayu. 

Prof. Slamet Muljana berpendapat, istilah Malayu berasal dari kata Malaya yang dalam bahasa Sanskerta bermakna “bukit”. Nama sebuah kerajaan biasanya merujuk pada nama ibu kotanya. Oleh karena itu, ia tidak setuju apabila istana Malayu terletak di Kota Jambi, karena daerah itu merupakan dataran rendah. Menurutnya, pelabuhan Malayu memang terletak di Kota Jambi, tetapi istananya terletak di pedalaman yang tanahnya agak tinggi. Dan menurut prasasti Tanjore yang dikeluarkan oleh Rajendra Chola I bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota kerajaan Melayu dilindungi oleh benteng-benteng dan terletak di atas bukit.
Berita mengenai Kerajaan Melayu
Berita mengenai keberadaan kerajaan Melayu didapat melalui 2 sumber yaitu sumber luar negeri dan sumber dalam negeri. Sumber dalam negeri berupa berita dari pendeta dari Cina, Timur Tengah dan Eropa sedangkan dari dalam negeri berupa kitab-kitab maupun prasasti yang ada di Sumatera maupun Jawa.
Berita Dari Luar Negeri
Berita tentang kerajaan Melayu antara lain diketahui dari dua buah buku karya Pendeta I-Tsing (634-713), yang termasyhur yaitu Nan-hai Chi-kuei Nei-fa Chuan (Catatan Ajaran Buddha yang dikirimkan dari Laut Selatan) serta Ta-T’ang Hsi-yu Ch’iu-fa Kao-seng Chuan (Catatan Pendeta-pendeta yang menuntut ilmu di India zaman Dinasti Tang) dalam pelayarannya dari Cina ke India tahun 671, singgah di Sriwijaya enam bulan lamanya untuk mempelajari Sabdawidya, dan menerjemahkan naskah-naskah Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Tionghoa. I-Tsing menuturkan dalam pelayarannya dari Kanton (Cina) tahun 671 sebagai berikut:


“Ketika angin timur laut mulai bertiup, kami berlayar meninggalkan Kanton menuju selatan. Setelah lebih kurang dua puluh hari berlayar, kami sampai di negeri Sriwijaya. Di sana saya berdiam selama enam bulan untuk belajar Sabdawidya. Sri Baginda sangat baik kepada saya. Dia menolong mengirimkan saya ke negeri Malayu, di mana saya singgah selama dua bulan. Kemudian saya kembali meneruskan pelayaran ke Kedah. Berlayar dari Kedah menuju utara lebih dari sepuluh hari, kami sampai di Kepulauan Orang Telanjang (Nikobar). Dari sini berlayar ke arah barat laut selama setengah bulan, lalu kami sampai di Tamralipti (pantai timur India)”


Salah satu candi di kompleks candi Muaro Jambi (BuddhaZine.com)
Pada tahun 685 M I-Tsing menceritakan tentang perjalanan pulangnya dari India sebagai berikut:

“Tamralipti adalah tempat kami naik kapal jika akan kembali ke Cina. Berlayar dari sini menuju tenggara, dalam dua bulan kami sampai di Kedah. Tempat ini sekarang menjadi kepunyaan Sriwijaya. Saat kapal tiba adalah bulan pertama atau kedua.Kami tinggal di Kedah sampai musim dingin, lalu naik kapal ke arah selatan. Setelah kira-kira sebulan, kami sampai di negeri Malayu, yang sekarang menjadi bagian Sriwijaya. Kapal-kapal umumnya juga tiba pada bulan pertama atau kedua. Kapal-kapal itu senantiasa tinggal di Malayu sampai pertengahan musim panas, lalu mereka berlayar ke arah utara, dan mencapai Kanton dalam waktu sebulan.”

Berita lain mengenai kerajaan Melayu berasal dari T'ang-Hui-Yao yang disusun oleh Wang p'u pada tahun 961, kerajaan Melayu mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 645 untuk pertama kalinya, namun setelah munculnya Sriwijaya sekitar 670, kerajaan Melayu tidak ada lagi mengirimkan utusan ke Cina.
Berita Dalam Negeri
Berita dalam negeri mengenai kerajaan Melayu terdapat dari berbagai macam kitab kuno dan prasasti yang terdapat di kepulauan Indonesia terutama Jawa dan Sumatera. Berikut beberapa Kitab Kuno dan Prasasti yang berkaitan dengan kerajaan Melayu.

Kitab-kitab Jawa Kuno
Pada abad ke-14 dalam kitab Jawa Kuno Negarakertagama pada pupuh ke 13 menyebut kerajaan Melayu yaitu:
  1. Terperinci pulau Negara bawahan, paling dulu M’layu, Jambi, Palembang, Toba dan Darmasraya pun ikut juga disebut Daerah Kandis, Kahwas, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar dan Pane.
  2. Lwas dengan Samudra serta Lamuri, Batan, Lampung dan juga Barus. Itulah terutama Negara-negara melayu yang telah tunduk. Negara-negara di Pulau Tanjungnegara; Kapuas-Katingan, Sampit, Kota Lingga, Kota Waringin, Sambas, Lawai ikut tersebut.
Kitab Paraton menceritakan tentang puteri dari negeri Melayu (Sumatera) yang dibawa ke Bhumi Jawa. Berikut salah satu isi dari Kitab Pararaton.
"Aksara sapuluh dina teka kang andon saking malayu, olih putri roro, kang sawiji ginawe binihaji denira Raden Wijaya, aran Raden Dara Petak: kang atuha arab Dara Jingga alaki dewa apuputra ratu ing Malayu, aran Tuhan janaka, kasir-kasir warmadewa, bhiseka Siraji Mantrolot. Tunggul Pamalayu lan Patumapel : Saka-rsi- sanga-samadhi: 1197
Artinya :
Sekitar sepuluh hari kedatangan rombongan yang bertugas ke Malayu, diperoleh dua orang putri, seorang bernama Dara Petak, ia diperisteri oleh Raden Wijaya, putri tua bernama Dara Jingga bersuamikan dewa (manti) anaknya menjadi raja di Malayu. Diberi nama Tuhan Janaka, masih bersaudara dengan Sri Warmadewa; gelarnya Aji Mantolot. Peristiwa Pamalayu dan Patumapel bersamaan tahun saka; pendeta-sambilan-samadi, 1197 (Machi Suhadi, 1990;230)
Candi, Arca dan Prasasti di Melayu (Sumatera)
Selain adanya berita mengenai kerajaan Melayu melalui kitab-kitab Jawa kuno dan kisah perjalanan orang asing di Melayu, terdapat juga Candi, Arca dan Prasasti yang ditinggalkan oleh kerajaan Melayu. Peninggalan ini menunjukkan eksistensi dari kerajaan Melayu serta sebagai bukti bahwa kerajaan Melayu merupakan salah satu kerajaan besar pada zamannya. Berikut beberapa Candi, Arca dan Prasasti peninggalan kerajaan Melayu:


      Kompleks Candi Muaro Jambi
Kompleks Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi terbesar di Indonesia dan terbesar kedua di Asia Tenggara setelah kompleks candi Angkor di Kamboja. Kompleks candi Muaro Jambi membentang seluas 12 KM dan panjang lebih dari 7 KM ditepian sungai Batanghari. Di dalam kompleks tersebut tidak hanya terdapat candi tetapi juga ditemukan parit atau kanal kuno buatan manusia, kolam tempat penammpungan air serta gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. Dalam kompleks tersebut minimal terdapat 85 buah menapo yang saat ini masih dimiliki oleh penduduk setempat. Selain tinggalan yang berupa bangunan, dalam kompleks tersebut juga ditemukan arca prajnaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang/lesung batu. Gong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang ditulis pada kertas emas, keramik asing, tembikar, belanga besar dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmen besi dan perunggu. Selain candi pada kompleks tersebut juga ditemukan gundukan tanah (gunung kecil) yang juga buatan manusia. Oleh masyarakat setempat gunung kecil tersebut disebut sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak. Candi ini merupakan peninggalan Hindu-Budha. Kompleks candi Muaro Jambi pada zaman kejayaan kerajaan Melayu dan Kerajaan Sriwijaya merupakan Universitas atau kampus Budha terbesar di Asia Tenggara dan salah satu yang terbesar di Asi bersama Universitas Nalanda di India.

warnainfo.co.id
·        Kompleks candi Padang Roco. 
    Kompleks candi Padang Roco terletak di Kabupaten Dharmasraya,Sumatera Barat. Kompleks Percandian Padang Roco terdiri dari 3 (tiga) buah bangunan yang berupa 1 (satu) candi induk dan 2 (dua) candi perwara. Selanjutnya disebut candi I (induk), candi II , dan candi III. Selain candi, di kawasan Candi Padang Roco ditemukan adanya parit keliling candi serta temuan keramik dari berbagai masa.
·         Arca Amoghapasha
Arca Amoghapasha merupakan patung batu pāduka Amoghapāśa sebagai salah satu perwujudan Lokeswara sebagaimana disebut pada prasasti Padang Roco. Arca ini ini merupakan hadiah dari raja Kertanegara dari Bhumi Jawa untuk raja Melayu di Malayapura di pulau Swarnadwipa (Sumatera). Arca Amoghapasha beralaskan prasasti Padang Roco dan dibelakang Arca terdapat prasasti Amoghapasha.

Arca Amoghapasha dengan alasnya prasasti Padang Roco. Dibelakang patung ini terdapat prasasti Amoghapasha. 
Beikut isi dari prasasti Padang Roco yang berangka tahun 1208 Saka (1286 M) berbunyi :
  1. Bahagia ! Pada tahun Śaka 1208, bulan Bādrawāda, hari pertama bulan naik, hari Māwulu wāge, hari Kamis, Wuku Madaṇkungan, letak raja bintang di baratdaya ...
  2. .... tatkalai itulah arca paduka Amogapasa lokeśwara dengan empat belas pengikut serta tujuh ratna permata di bawa dari Bhūmi Jāwa (Pulau Jawa) ke Swarnnabhūmi (Pulau Sumatera), supaya ditegakkan di Dharmmāśraya,
  3. sebagai hadiah Śrī Wiśwarūpa Kumāra. Untuk tujuan tersebut pāduka Śrī Mahārājādhirāja Kṛtanagara Wikrama Dharmmottunggadewa memerintahkan rakryān mahā-mantri Dyah Adwayabrahma, rakryān śirīkan Dyah Sugatabrahma dan
  4. samagat payānan hań Dīpankaradāsa, rakryān damun Pu Wīra untuk menghantarkan pāduka Amoghapāśa. Semoga hadiah itu membuat gembira segenap rakyat di Bhūmi Mālayu, termasuk brāhmaṇa, ksatrya, waiśa, sūdra dan terutama pusat segenap para āryya, Śrī Mahārāja Śrīmat Tribhuwanarāja Mauliwarmmadewa.  
Prasasti Amoghapasha yang terdapat dibekang Arca ditulis oleh Adityawarman pada tahun 1347 sebagai penguasa baru Bhumi Malayu. Berikut beberapa penggalan dari isi Prasasti Amoghapasha: 

"Patung yang berdiri ditempat pemujaan Buddha (Jina) ini adalah Tuan yang Mulia Amoghapasa sebagai sinar Udaya (Matahari terbit) yang indah. Dengan tangan (kekuasaan) [...] yang setuju dengan kebenaran, mereka yang telah mencapai ketenaran dengan menaklukkan musuh-musuh kerajaan, yang memiliki penampilan bagaikan seperti anak panah Tuhan, demi kemenangan tertinggi untuk Malayapura, yang berpengalaman dalam segala hal, yang unggul dan diberkahi dengan banyak kebajikan, Dia adalah deva-tuhan, para (patih) raja muda".
 
          Patung Bhairawan 
      Arca ini menggambarkan "Bhairawa", suatu dewa-raksasa dalam aliran sinkretisme Tantrayana, yaitu pengejawantahan Siwa sekaligus Buddha sebagai raksasa yang menakutkan. Arca ini dikaitkan sebagai perwujudan Raja Adityawarman karena ia adalah penganut Buddha aliran Tantrayana Kalachakra. Patung batu raksasa ini berukuran tinggi 4,41 meter dan berat 4 ton dan terbuat dari batu andesit. Bhairawa digambarkan sebagai raksasa mengerikan sebagai perwujudan hasrat negatif, serta merupakan perwujudan Siwa sekaligus Buddha dalam aliran Tantrayana. Arca Bhairawa ini memiliki dua tangan, tangan kiri memegang mangkuk dari tengkorak manusia berisi darah manusia dan tangan kanan membawa pisau belati. Penggambaran Bhairawa membawa pisau konon untuk menunjukkan upacara ritual Matsya atau Mamsa. Membawa mangkuk itu untuk menampung darah dalam upacara meminum darah.
badailautselatan.com
Prasasti Suroaso  I
Prasasti Suruaso yang beraksara Melayu menyebutkan Adityawarman menyelesaikan pembangunan selokan untuk mengairi taman Nandana Sri Surawasa yang senantiasa kaya akan padi yang sebelumnya dibuat oleh pamannya yaitu Akarendrawarman yang menjadi raja sebelumnya.


Prasasti Batu Sangkar
Prasasti Batu Sangkar disebutkan Ananggawarman sebagai yuvaraja melakukan ritual ajaran Tantris dari agama Buddha yang disebut hevajra yaitu upacara peralihan kekuasaan dari Adityawarman kepada putra mahkotanya, hal ini dapat dikaitkan dengan kronik Tiongkok tahun 1377 tentang adanya utusan San-fo-ts'i kepada Kaisar Cina yang meminta permohonan pengakuan sebagai penguasa pada kawasan San-fo-ts'i.
  Prasasti Batu Sangkar (wikimedia.org)
Prasasti Baturajo
Prasti Baturajo merupakan peninggalan raja Malayapura yaitu Adityawarman yang berbunyi: 
Om Mamla
Dengan ikhlas
Putra Adwayawarman, penguasa bumi emas (Swranabhumi)
Dia yang telah menerima hasil dari jasanya
Yang teguh dan penuh dengan belas kasih, yang sabar dan menenangkan
Yang murah hati bagaikan kalpataru yang memenuhi semua keinginan
Adityawarman raja dari keluarga Indra
Reinkarnasi dari Sri Lokeswara
Dewa yang penuh cinta kasih.

Prasasti Batu Basurek (Pagaruyung I)
Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sansekerta dan bahasa Melayu Kuno, berangka tahun dalam bentuk candrasengkala pada baris ke-19 Wasur mmumibhuja stjalam, 1278 Çaka atau tahun 1357 M. Prasasti ini terdiri dari 19 baris tulisan yang menyatakan Adityawarman bergelar Sri Maharaja Diraja. Berikut isi dari Prasasti Batu Basurek: 


"Adityawarman adalah raja besar yang arif bijaksana. Ia bergelar Maharaja Diraja, sebagai permata dari keluarga Dharmaraja. Kerajaannya disebut di Suwarnadwipa. Ia mendirikan sebuah bangunan bihara lengkap dengan segala sarana yang dibutuhkan orang. Ia pun dinobatkan sebagai Sang Budha yang luhur, kokoh dan kuat (Sutathagata bajradhaiya)".

Prasasti Pagaruyung II
Prasasti Pagaruyung II dalam keadaan terpotong menjadi dua terdiri dari 14 baris, sedangkan baris ke-9 dan ke-10 hilang. Pada bagian atas tulisan terdapat hiasan sejenis kala. Pada baris ke-14 menyebutkan nama Adityawarman. Batu basurek ini transkripsi belum diterbitkan dan tulisannya telah kabur, sehingga sulit dibaca.

Prasasti Pagaruyung III
Berikut isi dari Prasasti Pagaruyung III
"Dware rase bhuje rupe, gatau warsasca Kartike, suklah pancatisthis some, bsjrendra"
Artinya:
Pada tahun saka 1269 (1346 M) yang telah lalu, pada bulan Kartika, bagian bulan terang, pada hari kelima, Senin, wajra, Yoga, Indra Bajra"
Prasasti Pgaruyung IV
Prasasti ini dalam keadaan terpotong menjadi dua terdiri dari 14 baris, sedangkan baris ke-9 dan ke-10 hilang. Pada bagian atas tulisan terdapat hiasan sejenis kala. Pada baris ke-14 menyebutkan nama Adityawarman. Batu basurek ini transkripsi belum diterbitkan dan tulisannya telah kabur, sehingga sulit dibaca.

Prasasti Pagaruyung V
Diatas batu andesit tulisannya telah aus. Prasasti ini berasal dari Ponggongan, kemudian dibawa ke Pagaruyung. Prasasti ini merupakan pecahan dari dengan 5 baris tulisan. Hurufnya sudahaus. Pada baris ke-5 terdapat nama Adityawarman.

Prasasti Pagaruyung VI
Isi dari Prasasti Pagaruyung VI yaitu:

"Bahagia atas hasil karya Tumanggung Kudawira".
Berdasarkan bunyi kalimatnya, prasasti sebagai suatu tanda ucapan selamat kepada Tumanggung Kudawira. Walaupun belum mengenal dengan jelas siapa tokoh Tumanggung Kudawira, namun hasil karya itu dapat dihubungkan dengan siapnya pengairan Bandar Bapahat, sebuah pengairan tertua di Asia Tenggara."
Prasasti Pagaruyung VII
Prasasti ini ditempatkan di Pagaruyung. Ukuran batunya kecil dan ditulis satu sisi dan berjumlah baris 16. Aksaranya kecil-kecil dan pahatannya dangkal, ditulis dalam bahasa Malayu Kuno. Tulisannya sudah banyak yang kabur dan aus sehingga banyak yang tidak terbaca.

Isi prasasti tersebut adalah :
1.Daha raja pra ….
2.Purnarapi jawat madana pra
3.Raja dhiraja mat sri akarenbata
4.Rmma maha raja dhiraja lagi tiada bata (NG)
5.Nabatanna mwah banwa (trampa trukda)
6.Nagari pamuta (ka) Tuhan naipi
7.Manganban Tuhan Prapatih sa ….y
8.Mulihat tidaba nta tansu
9.Tunpa riba … ra kasi
10.Hunni parihayangasi yg mangmangi
11.Satyah haduta Srimaharajaddi…
12.Raja tuhani gha sri rata
13.Matu datu hananinh
14.Tuhan prapatih tudangma ngamang sua mangwa
15.Sumpah sunda hanat waya
Artinya:
1.Raja …..
2.Yang senantiasa beramal (jumlah besar)
3.Segala raja yang mulia sri Akendrawarman
4.Penguasa para raja yang dahulu ditaklukkan dan dikalahkan
5.Dengan adanya perahu bambu
6.Yang di depan (terutama) adalah Tuhan, pemimpin
7.Yang memberi aba-aba adalah Tuhan perpatih (nama jabatan)
8.Ditarik supaya kembali
9.Disusun du ….
10.Yang selalu mengadakan pertemuan dengan rasa kasih sayang
11.Tatua yang bersumpah
12.Setia menjadi hiasan sri maharaja di …..
13.Raja (yandu) Tuhan gra sri ratu (dunia) sri
14.Datu (ratu) yang berada di ……
15.Tuhan perpatih bernama Tudang, bersumpah, apabila
16.Disumpah apa bila sedang berada di (pohon di tepi sungai) akan
dibunuh (disambar buaya).
Prasasti Pagaruyung VIII
Batu Basurek ini berasal dari Ponggongan, kemudian ditempatkan diPagaruyung. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu berbentuk segi-4 tediri dari dua baris tulisan yang berbunyi:


1.Om titiwarsitha ratu ganata hadadi jestamoras dwidasa dirta dana satata lagu nrpokanatajana amara Wasita wasa]
2.Shukhasthita //0//
Artinya:
"Bahagia pada tahun Saka 1291 bulan jyesta tanggal 12 (adalah) seorang raja yang selalu ringan dalam berdana emas dan menjadi contoh bagaikan dewa (berbau) harum."
Prasasti ini mempunyai tanggal candrasengkala yang berbunyi "ratu ganata hadadi", atau ratu bernilai 1, gana bernilai 9 dan hadadi 12, jadi prasasti ini berangka tahun 1291 Saka, bulan jyesta (Mai, Juni) tanggal 12. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sansekerta dengan sedikit bahasa Jawa Kuno. Isi prasasti ini berupa pujian terhadap seorang raja (Adityawarman ) yang disamakan dengan dewa.

Prasasti Ombilin
Prasasti Ombilin terletak di Ombilin, di tepian Danau Singkarak. Prasasti ini ditulis sendiri oleh Adityawarman. Prasasti ini telah patah sebelah atas,sehingga tinggal hanya 9 baris. Prasasti ini menyebutkan bahwa, "Ia (Adityawarman) mempunyai sifat sebagai matahari yang membakar orang jahat dan menolong orang yang baik”. Dan pada bagian terakhir prasasti itu dibunyikan :
"nahi nahi nrpawangsawidhyadharendra nahi nahi ….. dharmadharman-adityawarma//”
Oleh de Casparis teks ini diterjemahkan :
"(meskipun) bukan keturunan raja-raja, (namun) ia adalah raja dari widhyadharma bangsanya."
Widhyadhara berarti yang memegang ilmu pengetahuan dan dianggap maha tahu dan membantu manusia. Sloka ini tidak saja memuji Adityawarman yang memerintah selaku raja yang adil dan sangat pandai, melainkan juga menyinggung tentang asal usul Adityawarman.

Mengingat begitu mudahnya Adityawarman menjadi raja di Melayu, seharusnya prasasti Ombilin ini ditafsirkan dengan:
"(meskipun) bukan keturunan langsung dari raja, (namun) ia adalah raja dari widhyadhara bangsa".
Sepanjang bukti sejarah yang lain pada batu basurek Kuburajo, ayahandanya adalah Adwayawarman dan dalam kitab Pararaton disebut 'dewa' dan tidak pernah memerintah sebagai raja Melayu. Karena itulah ia menyatakan dirinya memegang ilmu pengetahuan dan dianggap maha tahu dan membantu manusia untuk menjadiRaja di Kanakamedinindra (Prasasti Kuburajo).
Prasasti Rambatan
 prasasti Rambatan ini ditemukan tahun 1950 di desa LimoSuku, Kepala Koto, Kecamatan Rambatan terdapat sebuah batu bersurat Adityawarman, yang disebut Prasasti Rambatan. Prasasti ini terdiri dari 6 baris tulisan yang sudah aus. Bahasanya Melayu Kuno yang ditulis pada tahun 1291 Çaka atau 1370 Masehi. Di atas batu basurek itu ada gambar dua ekor ular yang saling membelit. Gambar ini merupakan lambang dunia bawah. Penganut agama Budha mencari kebenaran untuk mencapai dunia bawah atau nirwana.

Pada prasasti tersebut terdapat jejak kaki Budha yang sekarang berada di desa Bodi, Rambatan, Kabupaten Tanah Datar. Tapak Budha disediakan Adityawarman sebagai tempat pemujaan bagi pengikut agama Budha. Adityawarman memerintah menterinya membuat cungkup untuk tempat berteduh bagi para peziarah Budha ke tempat itu.

Dari berbagai macam berita, arca, prasasti dan candi yang telah diwariskan oleh kerajaan Melayu dapat dipastikan bahwa kerajaan Melayu pada zamannya merupakan salah satu kerajaan yang besar dan berpengaruh di Sumatera dan Asia Tenggara.  

Komentar

  1. judi online sabung ayam di hp android & iphone
    Minimal Deposit IDR 50.000,- Raih Kemenangan Anda Sekarang Juga 100% Tanpa Bot
    Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
    WA: +628122222995

    BalasHapus
  2. Silahkan di kunjungi ya teman teman 100% Memuaskan
    > Hoki anda ada di sini <
    1 USER ID UNTUK SEMUA GAME
    Kami memberi bukti bukan Janji
    Daftar sekarang juga di www.dewalotto.club
    MIN DEPO & WD HANYA Rp.20.000,-
    UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
    WHATSAPP : ( +855 69312579 ) 24 JAM ONLINE
    MELAYANI TRANSAKSI VIA BANK :
    BCA - MANDIRI - BRI - BNI - DANAMON-NIAGA
    Raihlah Mimpi Anda Setiap Hari & Jadilah Pemenang !!!

    BalasHapus
  3. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapal Kuno Borobudur Sebagai Bukti Nenek Moyang Bangsa Indonesia Adalah Pelaut Ulung

Arca Budha Tertua di Indonesia